DUKUT IMAM WIDODO (sastrawan, penulis, Surabaya)

Profil penulis yang satu ini tergolong unik. Puluhan novel lahir deras dari tangannya, padahal kesibukannya sedemikian padat di perusahaan (terakhir menjabat General Affair Manager PT Smelting, pabrik peleburan dan pemurnian tembaga di Gresik). Boleh dikata bahwa Dukut adalah pelanggan juara dalam sejumlah sayembara mengarang novel atau cerita bersambung yang diselenggarakan majalah wanita. Dan ternyata, bapak tiga anak ini memiliki kebiasaan bahwa setiap malam harus selalu menulis dalam beberapa jam. Ketika sedang sibuk menulis buku misalnya, malah hanya sempat tidur dua jam saja.

Lahir di Malang, 8 Juni 1954, prestasi pertama yang diukirnya adalah menjadi Juara III Sayembara Menulis Novel Majalah Femina tahun 1987 dengan judul Raden Ayu Prabawati, yang kemudian diterbitkan sebagai buku oleh PT Gaya Favorit Press. Dalam tahun yang sama, cerpennya menang Juara Harapan Sayembara Menulis Cerpen Kedutaan Besar Belanda. Pada tahun 1988, empat kejuaraan diraihnya, dua novel, satu cerpen dan satu berupa perwajahan buku fiksi yang dilukisnya sendiri. Tahun 1991 meraih satu juara dan tahun berikutnya malah menyabet dua penghargaan ditambah dua novelnya dimuat di harian Surya dan Jawa Pos.

Sementara Harian Surabaya Post termasuk rutin menerbitkan cerita bersambungnya, mulai tahun 1993, 1994, 1996 (dua kali), 1997, 1998 dan 1999. Sementara itu sejak tahun 1988 dia menulis novel dengan setting Soerabaia Tempo Doeloe (Raden Ajeng Kartini, Sang Pengacara, Perboeroean, Soeara Kebebasan, Koepoe-koepoe dalam Halimoen, Sang Penari, Kalisosok dan Stamboel Soerabaia). Pengetahuannya yang dalam tentang Surabaya masa lalu itulah yang kemudian ditulis sebagai artikel bersambung di harian Radar Surabaya (Januari – Juni 2001).

Dan puncaknya, studi pustaka yang dilakukannya sejak tahun 1987 itu dituangkan dalam buku Soerabaia Tempo Doeloe setebal 600 halaman dengan ilustrasi 1.000 foto, menggunakan 120 literatur. Buku itu diterbitkan oleh Pemkot Surabaya dan diluncurkan dalam peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2002 yang lalu.

(sumber: Buku Penghargaan Seniman Jatim, 2002)

6 Responses

  1. asslmkm
    wah bukunya bagus..saya sudah beli..tapi mahal bgt..dlu 300rb-an skrg jd 200-an

  2. maaf kalau baru pertama kali denger nama dukut imam, novel Sang Penari katanya mau dibuatkan versi layar lebarnya ya? bercerita tentang slah satu wanita intel dunia paling terkenal Mata Hari yang konon katanya pernah singgah di pulau Jawa dan Sumatera sebelum menjadi intel dan mengubah namanya menjadi Mata Hari.

  3. Pagi,

    saya berminat untuk membeli bukunya pak dukut yang soerabaia tempo doeloe, karena di bali susah nyarinya, mungkin ada rekan yang bisa membantu?

    terimakasih

  4. Pak dukut, sebenarnya saya sudah lama dengar tt bapak dr teman2 mas Nofan,tp liat profile bapak br sekarang heheheeee…saya salut sm bapak pnya anak yg low profile spt mas Nofan cz nofan tdk pernah pamer/menyombongkan diri. Tak doakan sukses dan semua yg baik ditambahkan dlm karir dan keluarga Pak Dukut. Amin

  5. bravo pak dukut!!! penulis idolaku sejak sma.wah martha,kalo putra2nya pak dukut rendah hati n gak sombong,gak kaget.ibunya,bu erni yg pernah sekursusan di Ratna school ama aku jg baik n humoris bngt orangnya.trus pak dukut di smelting jg ramah bngt..bravo pak dukut,mana tulisan yg lain,yg sehebat kupu2 dl itu?

  6. Uda lama tau tentang bukunya, tapi baru tadi saya bertemu beliau. orang nya ramah, baik..

    Walaupun sibuk sama kerjaan, pak dukut tetep bs melakukan kegemarannya yaitu menulis. Manajemen waktu yang sangat baik. Semoga saya dan generasi muda lainnya, bisa mencontoh apa yang di lakukan pak dukut.

    Bahwa sehebat-hebatnya kita, mengetahui dan mencintai sejarah negara adalah awal dari suksesnya bangsa yang besar…

Leave a reply to Atie Cancel reply