Pak Ci Koleksi Masterpiece Jasien

SURABAYA – Semangat bos Grup Ciputra, Ir Ciputra, untuk menggerakkan seni rupa Surabaya ke tingkat nasional kian ditunjukkan. Setelah Jumat (2/5) lalu bersedia membuka Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2008 di Balai Pemuda, Pak Ci -panggilan Ciputra- juga merealisasikan niatnya mengoleksi karya masterpiece perupa Jansen Jasien yang dipamerkan di Graha Pena, Maret lalu.

Lukisan berjudul The Historical Building of Tandjoeng Perak kelak menjadi koleksi Museum Seni Rupa Ciputra. Gedung museumnya kini dibangun di Jakarta.

Niat Pak Ci itu kemarin (6/5) diungkapkan Rully Anwar, penggerak Kelompok Pekerja Seni Pecinta Sejarah (KPSPS), yang Maret lalu menggelar pameran tunggal Jansen Jasien di Graha Pena.

“Senin (5/5) pagi Jasien dihubungi staf Pak Ci. Bu Sri, staf Pak Ci itu, mengatakan bahwa Pak Ci jadi mengambil lukisan masterpiece Jasien yang dipamerkan di Graha Pena itu,” kata Rully.

Pada pameran lukisan Jasien bertema Tandjoeng Perak Tepi Laoet tersebut, Pak Ci menyempatkan datang. Saat itu dia sudah “jatuh cinta” pada lukisan berobjek kapal-kapal nelayan yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak tersebut.

Berapa “harga jadi” lukisan Jasien itu, Rully tidak bersedia menyebutkan nominalnya. Yang jelas, ketika dipamerkan di Graha Pena, lukisan dengan cat akrilik tersebut dibanderol Rp 200 juta. “Soal harga jadinya, itu rahasia dapur,” kata Rully lantas tersenyum.

Selain lukisan Jasien, Pak Ci memesan lukisan dirinya dari tiga pelukis peserta PSLI. Mereka adalah Asri Nugroho, Auly Kastari, dan Asep Leoka. Karya ketiga pelukis tersebut juga bakal mengisi museum. Sebelum itu, Pak Ci sudah menyimpan karya pelukis Surabaya Dukan Wahyudi berjudul Toast.

“Ini bukti Pak Ci serius mengangkat Surabaya ke pentas seni rupa nasional. Tidak hanya datang di pameran, beliau juga mengoleksi karya pelukis daerah untuk museum seni rupa miliknya yang sedang dibangun,” ujar Freddy H. Istanto, dekan Fakultas Teknologi dan Disain Universitas Ciputra Surabaya, yang diminta menjadi kurator untuk lukisan tiga perupa itu. (eko/ari)

Jawa Pos, Rabu, 07 Mei 2008,

Leave a comment