Ketika Para Seniman dan Pencinta Sejarah Memberi Penghargaan Pusaka Surabaya

Lewat Award, Ingin Menggugah Kepedulian Masyarakat
Tahun ini seabad Kebangkitan Bangsa. Namun, apa yang tersisa dari peradaban sejarah bangsa kita? Itulah yang mencuat dalam benak budayawan dan sejarawan yang bergabung dalam Surabaya Heritage dan Komunitas Pekerja Seni dan Pencinta Sejarah (KPSPS) Surabaya. Mereka pun meluncurkan penghargaan 100 Pusaka Surabaya.
TITIK ANDRIYANI

COK tangio, kebunmu diisingi, ojo bideg ae. Jika diterjemahkan bebas, kalimat ala Suroboyoan yang cenderung kasar itu berarti: Ayo segera bangun. Ada orang berak di kebunmu. Jangan diam saja.

Kalimat bernada agitatif (memengaruhi orang) tersebut ada pada salah satu frame lukisan Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto karya Dukan Wahyudi. Kemarin (9/3), lukisan itu ditempatkan di rumah yang pernah ditempati pahlawan nasional tersebut, di Jalan Peneleh VII.

Pada bagian lain lukisan, tertera lukisan De Onge Kroonde van Java yang berarti Raja Jawa tanpa Mahkota. “Ini buah penghargaan kami terhadap HOS Cokroaminoto,” kata Jansen Jasien, ketua KPSPS.

“Lukisan itu menggambarkan titik nadir dalam seratus tahun peringatan Hari Kebangkitan Bangsa. Mau dibawa ke mana negara ini?” ujar Freddy H. Istanto, ketua Surabaya Heritage.

Memang, pada peringatan seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional tersebut, dua lembaga pencinta sejarah itu merayakan dengan cara berbeda. Mereka memilih program penghargaan 100 Pusaka Surabaya. Upaya itu mereka anggap sebagai bentuk kepedulian terhadap objek bersejarah. Mulai bangunan rumah tinggal, gedung bersejarah, jembatan, maupun terhadap perseorangan yang dinilai memiliki konstribusi dalam menjaga warisan budaya.

Freddy mengungkapkan, ada beberapa kriteria penghargaan yang diberikan kepada institusi atau individu. Yakni, memiliki kepedulian tinggi terhadap pusaka Surabaya. Termasuk, dengan konsisten menjaga, merawat, serta melestarikan pusaka Surabaya.

Menurut Freddy, pusaka Surabaya adalah bangunan yang memiliki nilai kesejarahan terhadap kota ini, memiliki keunikan dan khas Surabaya, serta mempunyai sumbangan terhadap sektor pariwisata. “Bentuk pusaka itu bisa gedung, jembatan, kuliner, seni, dan budaya. Misalnya, ludruk, reog Suroboyo, lukisan, dan musik,” jelasnya.

Program peluncuran penghargaan itu diawali bulan ini. Tiap bulan bakal dipilih sepuluh pusaka yang diberi penghargaan. “Dengan demikian, akhir tahun ini diharapkan kita sudah memberikan penghargaan terhadap seratus pusaka,” ujarnya.

Launching program tersebut kemarin dilakukan di kediaman HOS Cokroaminoto, pahlawan nasional yang juga kakek buyut Maya Estianty (Maia Ahmad). Selain rumah HOS Cokroaminoto, sembilan pusaka lain yang terpilih bulan ini adalah gedung PTPN (PT Perkebunan Nusantara) X, PTPN XI, PTPN XII, PTPG (PT Pabrik Gula) Rajawali Nusantara, House of Sampoerna, Zangrandi, Gedung Wismilak, Gedung Bakormas, dan Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL).

Kediaman HOS Cokroaminoto, kata Freddy, dinilai memiliki kontribusi besar terhadap kebangkitan bangsa ini. “Beliau termasuk salah seorang pelopor kebangkitan bangsa ini,” tegasnya.

Peninggalan rumah itu tidak terlihat terlalu kuno. Bahan kayu masih mendominasi rumah bercat gading tersebut.

Wiwiek Ghani, salah seorang kerabat keturunan HOS Cokroaminoto, mengisahkan bahwa rumah tersebut pernah dihuni Bung Karno selama menyelesaikan studi sekolah menengah tingkat pertama. “Di rumah itu pula Bung Karno menimba ilmu dari eyang Cokro,” jelasnya.

Karena itu, Surabaya Heritage dan KPSPS berharap penghargaan yang mereka berikan tersebut bisa menggugah semua orang untuk peduli serta bangkit dalam seabad kebangkitan bangsa ini. (dos)

Jawa Pos, Senin, 10 Mar 2008,

3 Responses

  1. Bicara pusaka Surabaya, ada lho oleh oleh yang berbau ini untuk jenis oleh oleh kaos. Gw rekomendasiin mampir ke Kaoes Tjap Sawoong, motonya Soerabaia Poenja Gaia. Habis gw barusan ngeborong sih. hehehe…..
    Tempatnya di mall baru di dekat Juanda. Cito ya?
    top. Semua desainnya berbau tempo doeloe Soerabaia, foto-foto di pin juga bagus-bagus. hmmm…. Surabaya skrng ud punya oleh oleh kayak Jogja punya Dagadu dan Bali punya Joger. sukses lah…
    eit nti kalau disana dikasih selebaran ada alamat blognya. klik aja sawoong.multiply.com

  2. Yang di bandara Juanda itu bukannya Cak Cuk? Yang desainnya Djembatan Merah, Matinya Mallaby itu kan? Adik gua kemarin bawain dari Surabaya.

  3. kuRan9 menaRiK aCh. . . .

Leave a reply to Ruri Santana Putri Cancel reply